MA-MA.ID, Ambon: Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI, Komjen Pol. (Purn). Drs. Firli Bahuri M.Si mengaku kagum dengan lirik hymne Unpatti yang membuatnya memilih kampus dengan tajuk Hotumese ini untuk dikunjungi.
“Kenapa Unpatti terpilih di samping dua kota lainnya? itu semua bisa dilihat dari lirik Hymne Universitas Pattimura. Itu mewujudkan integritas.” kata Firli dalam sambutannya pada program Campus Integrity Festival (CIFest) yang berlasngsung di Auditorium Unpatti, Kamis (8/6).
Dalam program CIFest ini KPK melakukan roadshow di tiga kota besar di Indonesia, yaitu Padang, Surabaya, dan Ambon yang menjadi kota terakhir.
Dalam sambutannya itu, Ketua KPK Firli Bahuri menyampaikan apresiasi dan rasa kagumnya terhadap Hymne dari kampus tertua di kota Ambon ini.
Menurutnya, Unpatti memiliki semangat dan visi yang sama dengan tujuan dari Program CIFest dalam mewujudkan ekosistem pendidikan yang berintegritas.
“Bait pertama pada hymne berbunyi, Universitas Pattimura Pelambang Kecerdasan, menunjukkan identitas kampus yang mengemban amanah untuk mewujudkan generasi berintegritas,” kata Firli.
Kepada para mahasiswa, Firli menyampaikan bahwa mahasiswa sebagai generasi muda penting memiliki tiga kecerdasan, yaitu: 1) intelektual; 2) emosional, 3) spiritual. Ketiga kecerdasan tersebut tidak hanya untuk urusan duniawi akan tetapi penting menjadi bekal di kehidupan berikutnya nanti.
Lanjutnya, bait ‘Nusa Bangsa, Lembaga Penjelmaan Tuntutan Sejarah, Pewujud Idaman Bhineka Tunggal Ika’ menurut Firli adalah bukti bahwa Unpatti merupakan pembina generasi Pancasila. “Kalau kita mengamalkan dan implementasikan nilai pancasila, kita tidak akan melakukan korupsi. Karena pancasila adalah identitas kita,” tegasnya.
Firli menuturkan, dimulai dari sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Ia menegaskan bahwa tidak ada yang berani korupsi karena jika berbuat dosa dan melanggar hukum, Tuhan menyaksikan. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, artinya tidak akan ada yang berani mengambil hak milik rakyat seperti para koruptor.
Sila ketiga, Persatuan Indonesia, korupsi membuat adanya perbedaan dan gap yang tentunya dapat menghambat persatuan bangsa. Kemudian, sila keempat serta kelima yang menegaskan bahwa tidak ada yang berani melakukan korupsi karena dampaknya yang dapat menyebabkan ketidakadilan.
Sebagai penutup, Firli mengutip pesan Nelson Mandela, ‘pendidikan senjata paling ampuh untuk mengubah dunia’. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan dapat berperan menjadi agent of change, pemikir (thinkers), pemecah masalah, dan pengabdi masyarakat. Perguruan tinggi sebagai wadah juga diharapkan dapat memberikan edukasi yang sejalan dengan tujuan negara, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mempersiapkan SDM yang cerdas.(PMG/HMS)