MA-MA.ID, Jakarta: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang dinaungi oleh Nadiem Makarim memaparkan hasil evaluasi terhadap Kurikulum 2013.
Kepala Badan Standar Kurikulum, Asesmen, dan Perbukuan , Kementerian Pendidikan Anindito Aditomo mengatakan kurikulum 2013 dinilai menyulitkan guru dalam mencapai tujuan pengembangan karakter anak.
“Kompetensi dan materi Kurikulum 2013 menyulitkan guru karena terlalu luas dan banyak,” ujar Anindito dalam rapat kerja Kementerian Pendidikan dengan Komisi bidang Pendidikan, Olahraga, dan Kepariwisataan Dewan Perwakilan Rakyat pada Rabu, (19/01).
Selain kompetensi yang terlalu luas sehingga sulit dipahami guru, kurikulum 2013 yang dirumuskan secara nasional ini juga dinilai sulit disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan satuan pendidik yang berbeda-beda di setiap daerah. Satuan jam belajar yang menggunakan satuan per minggu juga tidak memberikan keleluasaan kepada satuan pendidik untuk mengatur pelaksanaan mata pelajaran dan menyusun kalender pendidikan.
Evaluasi lain yakni mata pelajaran informatika yang bersifat pilihan. Padahal, Kementerian Pendidikan menilai kompetensi teknologi merupakan kompetensi yang penting yang perlu dimiliki oleh peserta didik pada abad 21. Selain itu, pengkotakan jurusan di sekolah IPA, IPS, dan Bahasa dinilai kurang memberikan keleluasaan bagi siswa untuk memilih selain peminatan tersebut.
Nino sapaan Anindito mengatakan untuk mencapai tujuan pengembangan karakter anak, salah satu poin penting adalah dengan menyederhanakan materi. Dari hasil evaluasi Kementerian Pendidikan selama satu tahun pandemi, hasil belajar literasi dan numerasi anak lebih bagus ketika menggunakan kurikulum darurat.
Kurikulum darurat merupakan penyederhanaan dari kurikulum 2013 yang mulai diterapkan pada 2020 saat pandemi Covid-19. “Kurikulum darurat yang disederhanakan dibanding kurikulum 2013 membuat lebih fokus pada materi dan tidak kejar tayang sehingga dapat menutup learning loss ketika pandemi,” kata dia.
Mulai tahun ini hingga 2024, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memberikan tiga opsi kurikulum yang dapat diterapkan satuan pendidikan dalam pembelajaran, yaitu kurikulum 2013, kurikulum darurat, dan kurikulum prototipe.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim mengatakan bagian pertama kurikulum prototipe telah diimplementasikan pada kurikulum darurat. Kurikulum prototipe terdiri dari beberapa komponen penyederhanaan dan fleksibilitas, sama seperti kurikulum darurat. “Sudah dilakukan di 36 persen sekolah dan hasilnya recovery atau pemulihan learning loss,” kata Nadiem di DPR pada Rabu, 19 Januari 2022.
Nadiem mengatakan data Kementeriannya menunjukan bahwa materi yang banyak itu bukan hal yang baik. “Ini dampak kalau kurikulum menjadi pusat penitipan dari berbagai macam aspek. Jadi tambah gendut. Tapi, jika semakin kecil materi, semakin dalam dan berkualitas pembelajaran anak,” kata dia. (M)
Sumber: Tempo.co