MA-MA.ID: Jumlah Guru Besar di Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon kembali bertambah setelah senat universitas mengukuhkan Adriana Hiariej, MP sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Biologi Konservasi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pattimura dan Prof. Dr. Dominggus Rumahlatu, M.Pd sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Biologi FKIP Unpatti.
Hiariej berhasil meraih gelar professor setelah melakukan penelitian tentang “Pisang Tongka langit: Biodiversitas dan Inovasi Produk”.
Dosen pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unpatti ini dikukuhkan oleh Rektor Universitas Pattimuta Prof. M. J. Saptenno, SH., M.Hum yang berlangsung di Auditorium Unpatti, Senin (20/12).
Dalam pidatonya, Prof. Dr. Dra. Adriana Hiariej, M.P menyebut Pisang Tongka Langit adalah nama sebutan lokal orang Maluku, Pisang Tongka Langit tersebar di kepualuan Maluku, walau pisang ini tidak merata pada beberapa lokasi yang dieksplorasi. Namun, jumlah aksesinya beragam, dimana habitat alaminya mendukung pertumbuhan.
Aspek biodiversitas pisang tongka langit yang tersedia, sesungguhnya Maluku memiliki peluang besar untuk memanfaatkan kekayaan ini baik untuk pangan maupun obat-obatan. Oleh karena itu, pengembangan pisang secara umum dan pisang lokal tongka langit secara khusus diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan daerah.
Dijelaskan dalam regulasi formal, pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, ketersediaan dan kecukupan pangan pada masyarakat merupakan hal penting yang harus dipenuhi pemerintah sevagaimana tertuang dalam UU No. 18 Tahun 2012, tentang pangan yang mengamanatkan Pemerintah Indonesia untuk membangun ketahanan pangan mandiri, terjangkau dan tidak bertentangan dengan keyakinan (dan budaya masyarakat), yang kemudian dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sehingga diperoleh masyarakat Indonesia yang sehat, aktif dan produktif untuk kemajuan bangsa.
Lanjutnya tak kalah dari semuanya itu, penyelamatan sumberdaya genetik tak terhindarkan, karena minimnya variasi aksesi pada setiap lokasi karena terabaikan dan tersisihkan. Hal ini, patut dibijaki dengan upaya konservasi baik in-situ, ex-situ maupun genetik agar yang terabaikan menjadi berguna dan berkelanjutan pemanfaatannya untuk kebutuhan pangan lokal menuju entitas nasional. Ketahanan pangan (food security) dan kemandirian pangan (food resilience) dibangun terutama dari rumah tangga yang bertumpu dari keragaman sumberdaya alam yang sifatnya lokal sehingga dapat membantu membentuk sumber bahan pangan lokal baru, yang memiliki potensi mengatasi kesulitan dan kelangkaan pangan di masa mendatang. Pisang tongka langit sebagai flora unggulan yang begitu berbeda dengan pisang lainnya di Maluku, hadir untuk menjawab pemasalahan pangan dan kesehatan seperti yang diutarakan sebelumnya, yang artinya masyarakat Maluku bertanggung jawab menjaga kelestarian demi keberlanjutan. Di sisi lain, selera pemilik biodiversitas pisang ini begitu rendah karena cita rasa. Oleh karena itu, reka-cipta produk pisang tongka langit boleh hadir dalam beberapa inovasi untuk mengisi permasalahan kesehatan masyarakat Maluku.
Ditambahkan tidaklah menutup kemungkinan, bahwa keberlanjutan reka-cipta produk pisang tongka langit memerlukan kolaborasi untuk keberlanjutan pengembangan produk. Sementara itu, Pengabdian kepada Masyarakat (PKM), berupa sosialisasi dan ekspo, telah dilakukan dengan harapan membuka mata masyarakat Maluku, yang tidak peduli menjadi peduli, menyelamatkan yang tumbuh liar untuk dibudidayakan dalam pemanfaatan berkelanjutan. Layaklah, Maluku dengan potret Laut-Pulau yang potensial, menjadi pusat keragaman plasma nutfah pisang tongka langit di Indonesia, sebagai aset berharga non-uang. Pisang yang kaya gizi dan beta-karoten (suatu elemen senyawa untuk kesehatan manusia), yang bermanfaat bagi biofortifikasi (peningkatan gizi mikro) pangan, untuk selanjutnya berdaya-potensi dalam pengayaan gizi dalam rekayasa. diversifikasi produk pangan. Pisang yang dapat menjadi bahan dasar strategis pangan alternatif sebagai karbohidrat non-beras untuk ketahanan pangan (dari kelaparan) demi meng-“entas”-kan kemiskinan, sehingga masyarakat terus mendiami pulau pulau di Provinsi ini, dengan sehat, “tidak lapar”, dan “tidak miskin”. Telah ada 91 kota/kabupaten yang telah dieksplorasi di Provinsi ini, dengan menghasilkan kumulatif 15 aksesi yang bervariasi. Sungguh, suatu kemurahan Tuhan Sang Pencipta kepada kita semua.
“Mari, saya mengajak kita semua untuk mensyukuri nikmat dan berkat Tuhan Yang Maha Esa, sambil mengubah cara pandang konsumsi kita terhadap ciri unggul pisang tongka langit sebagai salah satu pangan unik Provinsi Maluku dan secara bersama-sama dengan Lembaga, Pemerintah Daerah, petani pisang, konsumen, dan pemangku kepentingan lainnya (termasuk kolaborasi lintas disiplin ilmu), untuk terlibat secara aktif dalam pengembangan produk pisang sebagai icon pangan Maluku menjadi pangan yang tak terbilang jumlahnya, mencapai ‘Seribu’” tutupnya. (MM/HMS)