MA-MA.ID, Ambon: Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Prof. Dr. Steven Siaila, M.S menyebut potret kesejahteraan nelayan di Maluku cenderung stagnan.
Hal itu disampaikan Siaila dalam pidatonya berjudul “Prospek Usaha Perikanan Tangkap Atas Realitas Fully-Exploited Pada Tiga Wilayah Pengelolaan Perikanan Di Provinsi Maluku” pada acara pengukuhannya sebagai guru besar di Auditorium Unpatti, Selasa (07/02).
“ Ada fenomena menarik, adanya situasi yang cenderung stagnan atas kesejahteraan para nelayan pelaku usaha perikanan tangkap, sejak berada dalam tingkat pengelolaan sumber daya ikan moderate hingga mencapai fully-axploited, “ sebutnya.
Kata Siaila, sebagai provinsi kepulauan, Maluku memiliki tiga wilayah pengelolaan perikanan yakni laut Seram, laut Banda dan laut Arafura, dengan menjadikan sektor perikanan sebagai sektor unggulan.
Setelah didalami lebih lanjut disebutkan, fully-axploited secara langsung akan mempengaruhi dua hal pada aktivitas nelayan yakni jarak tempuh yang semakin jauh dan jumlah tangkapan yang cenderung sedikit. Kedua hal ini berdampak negatif terhadap capaian hasil tengakapan nelayan tiap kali melaut.
“ Jarak tempuh yang semakin jauh dari home base ke fishing-graund akan meningkatkan biaya BBM tiap kali melaut. Disisi lain penurunan jumlah tangkapan akan menurunkan pula pendapatan usaha perikanan tangkap tiap kali melaut akibat yang ditimbulkan adalah capaian laba akan menurun dan berakibat penurunan capaian profitabilitas usaha perikanan tangkap, “ jelasnya.
Lanjutnya, ketergantungan nelayan pada pedagang pengumpul adalah realitas yang sulit untuk diubah yakni kebiasaan para pelaku usaha perikanan tangkap ketika akan melakukan aktivitas mulai terbiasa menggantungkan diri pada pedagang pengumpul yang selalu menyediakan BBM dan es.
Keadaan ini dengan sendirinya menghilangkan kebebasan pelaku usaha perikanan tangkap untuk menjual hasil tangkapannya ke tempat lain, pedagang pengumpul cenderung menentukan harga beli hasil tangkapan. Harga jual ikan tentu akan ditentukan oleh pedagang pengumpul, sehingga posisi nelayan selaku pelaku usaha perikanan tangkap sangat lemah untuk menentukan harga jual ikan, padahal harga jual ikan di pasaran lokal dan pasar luar luar negeri berbeda jauh dengan realitas harga yang ditemui pelaku usaha perikanan tangkap.
“Menjadi pertanyaan, dari posisi moderate sampai pada fully-axploited siapa yang nikmati, bukan lagi pengusaha kecil, nelayan tetapi mereka yang memiliki usaha dengan skala besar, sementara kita di daerah hanya menikmati sisanya saja, ” ungkapnya.(PMG)