MA-MA.ID, Ambon: Istri gubernur Maluku Ny. Widya Pratiwi Murad Ismail berbagi tips menghadapi tantangan dan perubahan di Industri era sekarang kepada mahasiswa dalam acara Creative Talk show, yang digelar di lantai IV Aula Fakultas MIPA Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon Sabtu, (23/04).
Dalam Talkshow itu Ny. Widya Pratiwi Murad yang juga Ketua Dekranasda Maluku itu tampil bersama Kepala Bapenda Maluku, Djalaludin salampessy, Rektor Unpatti Ambon M. J. Saptenno, Founder/CEO/IndoEast Network M. Ikhsan Tualeka, NZMATES Programme – Mercy Crops Indonesia Dintani Naimah dan CEO Pigi Pasar Febe Binnedyk sebagai pembicara.
Kegiatan Talk Show digelar merupakan rangkaian dari Maluku festival Ramadan (Mafera) dengan mengambil tema “Mengoptimalkan Kreativitas Inovasi dan Networking di Era Digital”. Ny. Widya Pratiwi mengaku berkomitmen membuka ruang untuk berkolaborasi dengan anak-anak muda Maluku termasuk para mahasiswa,.
Menurutnya, Pandemi Covid-19 telah memaksa semua orang termasuk mahasiswa untuk memaksimlkan teknologi digital dalam menjalankan berbagai aktivitas. Mulai dari bekerja dari rumah (work from home), sekolah/kuliah dari rumah sampai meningkatnya aktivitas jual-beli online.
Mahasiswa, kata dia akan dibutuhkan di semua bidang, bukan hanya di era digital namun di pemerintahan, kesehatan, usaha dan sektor – sektor lainnya. Sebab, kreatifitas pemuda akan menjadi kunci dalam menjadi bagian pembangunan bangsa dan negara. Lewat kreatifitas, akan ada inovasi – inovasi yang nantinya akan menjadi solusi bagi permasalahan yang ada di masyarakat.
“Tidak usah muluk-muluk. Menjadi pebisnis itu tidak perlu modal besar. Itu semua adalah hal-hal yang sebenarnya bisa, semua tergantung dari diri kita. Komitmen itu yang penting,” tutur Widya.
Lanjutnya, sebagai mahasiswa, mereka sebaiknya beradaptasi dengan cepat dalam merespon perubahan dan tantangan. Jika bergerak lambat, bisa kehilangan peluang dalam menunjukan karya. Selain itu, kemampuan berempati antar sesama tidak bisa digantikan dengan teknologi apapun. Mahasiswa bisa melatih empati dengan banyak berdiskusi dengan orang – orang baru yang memiliki latar belakang berbeda dengan membangun relasi.
“Anak-anak sekarang peluangnya lebih besar ketimbang zaman kami di era dulu. Kalian masih muda, masih punya potensi, gali kemampuan diri kalian. Andai kalau satu dua orang tidak mampu untuk usaha, boleh berkelompok. Tapi harus sama-sama berkomitmen,” jelas Widya.
Widya menekankan, bila setiap hari inovasi dan perubahan akan terus berdatangan. Mahasiswa pun dituntut untuk cepat beradaptasi. Untuk itu, mereka tidak boleh berhenti belajar, sekalipun sudah tidak lagi berstatus mahasiswa nantinya. Sebab, belajar merupakan proses yang akan terus dilalui selama mereka hidup. Jangan malu dan gengsi untuk belajar tentang teknologi terkini dari orang–orang sekitar bahkan yang lebih junior. Mereka bisa mempelajari dan bertanya tentang menggunakan aplikasi yang lagi ramai dipakai di era sekarang, untuk lebih memahami potensi pasar milenial dan apa yang sedang disukai.
“Itu adalah motivasi ibu. Jadi tolong komitmen. Kalian harus bisa dan bisa. Jangan kecil hati dengan kondisi dan keadaan orang tua kita yang sederhana. Berusahalah, peluang sekarang banyak. Bisa ambil teritorial di YouTube,” tutup Widya. (M/MTR)